Penyuluhan PSG STAIN di LAPAS Tulungagung

Sore itu suasana kampus sudah mulai lengang, kegiatan perkuliahan sudah banyak yang berakhir. Namun tampak 6 orang mahasiswa ditemani 2 orang dosen tengah berkumpul di depan gedung rektorat kampus STAIN Tulungagung. Rupanya mereka tengah menunggu mobil kampus yang akan membawa mereka ke Lembaga Pemasarakat (LAPAS) kabupaten Tulungagung. Tidak dalam keperluan menjenguk salah satu napi atau sedang berurusan dengan kasus hukum, melainkan dalam rangka memberikan  penyuluhan dan pelatihan kepada penghuni LAPAS y


ang lokasinya bersebelahan dengan taman makam pahlawan kabupaten Tulungagung tersebut. Acara ini sendiri digagas oleh Pusat studi Gender (PSG) STAIN Tulungagung sebagai upaya pengabdian kepada masyarakat yang memang tercantum dalam tri darma perguruan tinggi.
Kenyataan bahwa LAPAS adalah rumah para narapidana yang dipaksa menghuni tempat ini lantaran membunuh, memperkosa, mengkonsumsi narkoba dan berbagai kasus kriminal lainya memaksa kita mempersepsikan LAPAS sebagai tempat menyeramkan yang dihuni orang-orang berwajah sangar dan berbadan kekar. Belum lagi ditambah berbagai pemberitaan di TV tentang penganiayaan polisi kepada penghuni LAPAS atau perpeloncoan napi senior kepada napi yang baru masuk semakin menambah angker kesan LAPAS. Namun berbagai kesan tersebut tak sedikitpun menyurutkan minat mahasiswa ini untuk tetap antusias mengikuti acara ini.
Jarak antara LAPAS dan kampus yang tidak terlalu jauh dilahap mobil kampus dalam beberapa menit saja. Sesampainya digerbang LAPAS tampak raut wajah beberapa mahasiswa begitu tegang, “ ini pertama kalinya aku masuk LAPAS, jadi sedikit nerveous”  ungkap Ajir Cahyono mahasiswa TMT semester 6.
Setelah melalui beberapa tahap pemeriksaan dari para penjaga lapas, rombongan kami pun segera dipersilahkan memasuki area LAPAS. Dari sini rombongan dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin. 2 orang mahasiswa ditemani seorang dosen menuju Masjid yang terletak di LAPAS laki-laki, sedangkan 4 mahasiswi lain yang juga didampingi seorang dosen menuju LAPAS perempuan.
                Para napi laki-laki hari itu akan diberikan Tausiah,  sebuah agenda rutin yang diadakan pengelola LAPAS untuk memberikan siraman rohani kepada para napi. Agenda semcama ini rutin diadakan 2 kali seminggu dengan menggandeng beberapa lembaga seperti PSG STAIN dan NU Kabupaten Tulungagung. Kegiatan ini sendiri dihadiri oleh sebagian besar penghuni lapas laki-laki, “sebenarnya sih agenda kayak gini gak wajib mas, cuman ya kebanyakan pada ikut, buat ngisi waktu luang, biar gak bosen”,  tutur seorang Napi yang mengaku masuk penjara lantaran mencuri ini.
          Berbeda halnya dengan napi perempuan yang hari itu menerima pengarahan pembuatan kerajinan tangan berbahan dasar kain flannel. 4 orang mahasiswi dengan sangat terampil mengajari para napi perempuan yang sebagian besar ibu-ibu itu dengan sangat telaten. Para napi perempuan yang rata-rata memiliki masa tahanan yang tak begitu lama ini tampak begitu antusias mengikuti setiap intruksi yang diberikan para mahasiswi, “kegiatan semacam ini sangat menarik, nanti setelah keluar dari Lapas saya akan mencoba membuka usaha semacam ini”  ungkap salah seorang napi.
          Kegiatan hari itu diakhiri dengan sholat dhuhur berjama’ah, para Napi tampak begitu khusu’ mengikutinya. Seusai sholat para napi tak lantas bergegas pergi, melainkan ikut dalam dzikir dan do’a bersama. Setelah itu baru salah seorang petugas meminta mereka untuk bergegas kembali masuk ke sel masing-masing.



Tidak ada komentar:

Write a Comment


Top